Putra Yang Hilang Dari Tanjung Pinang (Kisah Nyata)

M. Thohir Taufik Hidayatullah
Muhammad Thohir Taufik Hidayatullah. Adalah sepenggal nama yang ia ingat dalam-dalam. Meski sebenarnya masih terbersit keraguan di hati untuk mengakui kemutlakan nama itu untuknya. Hanya terngiang sapaan, "Taufik!" dari ibunda, sahabat kecil sepermainan dan orang-orang yang pernah ia dekati, ± 60 tahun silam.

Mengawali harinya sebagai seorang anak laki-laki yang nakal, pemberani, gemar berkelahi namun suka menolong orang. Ia juga merupakan kategori anak yang gigih dalam bekerja, membantu ibunda yang kesehariannya berprofesi sebagai pedagang pakaian di salah satu toko yang ada di lingkup pasar ikan, Tanjung Pinang.

Rutinitas itu ia lakukan bersama ibunda dengan berkeliling dari kampung ke kampung guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Menjalani masa-masa sulit dalam mencari makan. Meski secara nyata, berdasarkan memori ingatannya yang tajam, ia masih memiliki seorang ayah, yang seingatnya adalah seorang perwira atau tentara. Namun hingga detik ini ia belum pernah bertemu sama sekali dengan ayah kandungnya tersebut.

Ada jutaan rindu yang tertanam dalam hati kala itu. Merasa seperti menjadi seorang anak yang kurang memiliki perhatian dari seorang ayah. Bahkan rasa itu semakin bergejolak ketika ia sering menyaksikan teman kecil sepermainannya kerap mendapatkan hadiah, pelukan, ciuman, perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtuanya, terutama dari seorang ayah.

Hj. Maemunah, adalah sebutan nama ibu yang selama ini menjadi tempat ia bersandar. Namun itu hanya sebatas ingatan kecilnya saja. Hingga detik ini pun ia belum bisa memastikan bahwa nama tersebut apakah benar-benar nama sesungguhnya atau mungkin hanya sekumpulan memori terangkum secara otomatis, menjadi sepenggal kalimat tersebut. Karena saat itu, ia hanyalah seorang anak kecil yang belum banyak mengetahui apa-apa.

Ada satu nama jalan yang masih terlekat kuat dalam ingatannya, "JALAN KAPITOL." Merupakan akses rutin yang ia lalui untuk berkunjung ke rumah Mak Ciek, perempuan paruh baya keturunan Bombay, pemilik restoran Malabar dan pabrik roti. Perempuan ini menjadi tumpuan keduanya, sebagai pelampiasan rasa kasih dan sayang yang tidak ia dapatkan di lingkungan keluarganya.

Akses ini meninggalkan begitu banyak kenangan. Setiap pagi ia berangkat ke toko bersama ibu melewati Jl. Kapitol, perasaannya kerap dihantui ketakutan. Takut dengan adanya seorang pria keturunan Tionghoa yang tinggal di sekitar jalan tersebut. Baginya kala itu (menurut pandangan seorang anak-anak), pria tersebut merupakan sosok yang tidak baik, menakutkan dan berbagai hal mengerikan lainnya.

Kenyataannya, pria Tionghoa ini hanyalah lelaki paruh baya biasa yang menyukai anak-anak, terutama pada kepribadian Taufik kecil yang rajin membantu ibunya berdagang. Pria ini memang kerap mengatakan berencana akan mengambil Taufik sebagai anaknya. Entah ini merupakan gurauan orang dewasa untuk menakuti anak seusianya atau memang sebenarnya.

Banyak penggalan kisah yang masih tersimpan dalam memori ingatannya. Namun saat eL berusaha menguaknya satu persatu, kisah ini begitu rumit karena urutan cerita hidupnya tidak beraturan, hanya berdasarkan ingatan yang terlintas saat itu, barulah ia menceritakannya. Hasilnya, eL berusaha mengurutkan kembali cerita tersebut dengan upaya bahwa seolah-olah sumber pemberi cerita adalah seorang eL sendiri.

Menurutnya, M. Taufik pernah bersekolah di salah satu Sekolah Dasar di Tanjung Pinang.

Beberapa tahun kemudian, Ibunda M. Taufik melahirkan seorang anak perempuan (adik kandung M. Taufik). Entah benar ataupun tidak, yang ia ingat hanya nama Faridah atau Maya Faridah, sebutan nama adik kandungnya tersebut. Hingga kini ia memiliki rutinitas baru yakni menjaga adik kandungnya selama Ibunya menjaga toko.

Seingatnya, ia berdomisili di sekitar Jl. Jawa (Kampung Jawa) dekat rumah Pak Narkum (saat itu sedang menjabat sebagai Komisaris Pelabuhan Tanjung Pinang) yang mempunyai seorang istri bernama Ibu Nabun. Entah tahun berapa, M. Taufik tak mampu mengingatnya secara jelas.

Tak jauh dari tempat ia tinggal ada sebuah rumah yang digunakan sebagai tempat pengolah tempe (pabrik tempe).

Ada salah seorang sahabat yang masih ia ingat. Namanya adalah Basri. Letak rumahnya hanya berjarak ± 300 meter. Ia sering berkunjung ke rumah sahabatnya Basri. Sampai suatu hari ia pernah dicakar kucing hingga sempat dirawat di Rumah Sakit karenanya.

Pada waktu-waktu tertentu M. Taufik juga sering menginap di Restoran Malabar (rumah Mak Ciek). Lantaran ia merasakan kurangnya perhatian orangtua. Mungkin istilah saat ini adalah "broken home".

Satu hal mengerikan yang masih sangat kuat tertanam di ingatannya adalah sebuah kata yang sempat tertutur dari mulut Ibunya ketika sedang memarahinya. Mungkin lantaran perasaan kesal yang sangat luar biasa, Ibunda mengatakan, "pantas kau nakal. Kau menuruti nenekmu. Lahir tidak di Rumah Sakit, tidak di dukun, tapi di luar rumah!!"

Lalu yang hingga saat ini masih menjadi pertanyaan baginya adalah, "nenek itu siapa?"

Hari-harinya kini diliputi dengan ribuan bahkan jutaan tanda tanya tentang siapa sebenarnya dirinya, keluarganya, sanak-saudaranya bahkan tanah kelahirannya.

Berikut beberapa poin yang eL rangkum dari beberapa penggalan kisah penting yang masih ia ingat, di antaranya:

  • Tahun 1962, ia pertama kali menginjakkan kakinya ke Jakarta. Saat itu sedang bergejolak peristiwa G30SPKI. Ia tinggal di Tomang, Tanah Tinggi, belakang PTT. Tengah gencar adanya kegiatan pemberontakan militer di Tanjung Gedong. 
  • Pernah sewaktu ingin pergi ke Yogyakarta dengan menggunakan pesawat, terjadi hal yang sangat mustahil untuk diterima oleh sobat eL. Yakni, pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan, baling-baling berhenti di atas hingga mengakibatkan pesawat jatuh di lautan. Sempat menabraki apa saja yang ada di depannya. Namun ajaibnya pesawat tersebut bisa naik ke angkasa dan terbang kembali dengan selamat.
  • Dulu ia pernah memecahkan kaca rumah tetangganya, hingga menyebabkan ia selalu dihantui perasaan bersalah dan dilanda ketakutan akan amukan orangtuanya.
  • Semasa sekolah (seingatnya di TK Tugu Bintang Kecil), ia dicap sebagai anak yang nakal. Pernah berebut pensil dengan teman sekelasnya, ia digigit hingga dibawa ke Rumah Sakit. Gigitan itu masih berbekas sampai sekarang.
  • Sewaktu asik bermain di tengah laut, ada salah seorang temannya yang meninggal karena terkena ikan Sembilang.
  • Di tempat ia tinggal (Tanjung Pinang) pernah ada sepasang suami-istri, ipar dan seorang putri yang ngekos atau mengontrak di rumahnya. Sang suami adalah seorang perwira (ABRI). Mereka memiliki logat atau aksen bicara seperti orang Padang (sebut saja mereke keluarga Padang). Mereka sangat baik terhadap M. Taufik. Hingga suatu saat mereka berencana pergi ke Yogyakarta (tempat saudara) lalu mengajak M. taufik untuk ikut bersama mereka. Karena menurut penuturan Ibunya, M. Taufik juga mempunyai saudara di sana. Maka diajaklah M. Taufik (setelah mendapat izin/restu Ibunda).
  • Kenyataannya, M. Taufik diajak oleh keluarga Padang tersebut ke Jakarta (bukan Yogyakarta). Dan menginap di Hotel Sudi Mampir selama berbulan-bulan lamanya tanpa kepastian yang berarti.
  • Keluarga Padang ini sempat berurusan dengan pihak kepolisian (kasus penyelundupan, dll) sampai ditahan selama 2 minggu.
  • Setelah keluarga Padang ini bebas, mereka mengajak M. Taufik pindah tempat tinggal (ngekos) di Pos Duri (rumah Haji Jun).
  • Keluarga Padang tersebut mempunyai masalah dengan pemilik kos tempat ia tinggal. Hingga akhirnya M. Taufik terlantar dan tinggal bersama Haji Jun.
  • Selang beberapa bulan M. Taufik tinggal bersama Haji Jun, ada pihak keluarga M. Taufik (saudara dari Yogyakarta) yang datang berkunjung untuk menemuinya, namun tidak diizinkan oleh Haji Jun. Entah karena sebab apa, ia pun tidak pernah mengetahuinya. Maka M. Taufik tidak bertemu dengan orang yang mengaku saudaranya dari Yogyakarta tersebut.
  • Setahunya, saudara di Yogyakarta tersebut tinggal di perumahan perwira AURI. Ada yang bekerja di Pertamina. Entah cerita mana yang dapat ia yakini sepenuhnya.
  • Orang yang mengaku sebagai saudara dari Yogyakarta itu pernah berjanji kepada Haji Jun bahwa nanti mereka akan datang kembali menjemput M. Taufik. Namun kenyataannya sampai bertahun-tahun mereka tidak kembali.
  • M. Taufik sering dilanda kelaparan karena ia hanyalah seorang anak sebatang kara yang terlantar dan menumpang hidup di rumah Haji Jun yang secara silsilah tidak memiliki hubungan saudara, sanak famili dari keluarga sendiri.
  • Akibat sering kelaparan dan kesepian, ia sempat mengenal seseorang yang biasa dipanggil Uwak Embah (orang Cirebon). Beliau sangat baik terhadap M. Taufik. Sering memberi makan. Bahkan saat khitanpun M. Taufik didanai dan diurus oleh Uwak Embah. Karena itu, M. Taufik kini merasa lebih nyaman dan menghabiskan hari-harinya tinggal bersama Uwak Embah, bukan lagi bersama Haji Jun. Ia banyak belajar dan membantu rutinitas Uwak Embah.
  • Uwak Embah meninggal. Sekitar Tahun 1960-an, M. Taufik kembali terlantar. Akhirnya ia kembali menumpang hidup dan ikut bersama menantu Uwak Embah yang bernama Aris. Berdomisili di Pasar Timbul, Tanah Tinggi, Tomang. Aris memiliki seorang anak.
  • Merasa dirinya kurang diperhatikan, akhirnya M. Taufik pindah dan tinggal bersama Haji Awi, orang biasa memanggilnya Kong Awi. Salah seorang tukang jagal kerbau yang katanya dulu pernah memiliki seorang putra bernama Dudung, namun kini sudah meninggal. M. Taufik diangkat sebagai anak. Mungkin gelarnya adalah anak angkat.
  • Entah berapa lama ia habiskan waktunya bersama Haji Awi. Membantu pekerjaannya sebagai tukang jagal kerbau dan hal lainnya.
  • Setelah Haji Awi meninggal, M. Taufik lagi-lagi terlantar. Entah sebab musabab apa akhirnya ia ikut dan tinggal dengan keluarga besar Haji Dasa. Namun, di keluarga ini pun ia tidak bisa bertahan lama, lantaran anak-anaknya yang selalu iri terhadapnya sehingga ia merasa kurang nyaman dengan situasi seperti ini.
  • Selepas tinggal sesaat dengan keluarga besar Haji Dasa, M. Taufik akhirnya kembali diangkat sebagai anak oleh Haji Najihun, seorang Haji yang sudah lumayan uzur namun berkepribadian baik. M. Taufik sering membantu mengurusnya, mengurus kebun, pekarangan, rumah, kontrakan dan lainnya. Sampai Haji Najihun meninggal (meninggalkan seorang istri, entah istri yang ke berapa), M. Taufik akhirnya hidup mandiri.
  • Dengan bekal tempaan hidup yang berat. Mengadu nasib dengan kesepian, kelaparan dan berbagai himpitan-himpitan kesulitan lain. Namun hal tersebut tidak menjadikannya patah semangat, tidak lantas mendidiknya menjadii seseorang yang liar, tidak menjadikannya buta menghadapi hidup. Justru pengalaman itu kini menjadikannya tegar dan tabah dalam menghadapi kenyataan.
***

Seorang Remaja Wanen

Kesehariannya ia habiskan dengan keprihatinan. Sering menumpang hidup, bukanlah hal yang mengasikkan baginya. Ia ternyata lebih banyak menyendiri dan tidak ingin merepotkan banyak orang. Faktanya ia sering tidur di kuburan, pelataran rumah, emper toko dan tempat-tempat singgah sepi lainnya.

Meski demikian, ia dikenal sebagai seorang anak yang ringan tangan. Maksudnya, gemar membantu sesama. Jangankan orang yang ada di sekelilingnya, yang ia kenal maupun tidak. Bahkan binatangpun selalu ia berikan pertolongan.

Hal ini membuat ia sering dijumpai oleh pengalaman-pengalaman gaib yang unik, mengerikan sampai menyenangkan. Mungkin karena takdirnya sebagai seorang remaja sebatang kara yang tidak memiliki tempat bersandar untuk mengadu keluh kesah.

eL telah banyak mendengar banyak pelajaran dan pengalaman gaib yang dialami oleh M. Taufik sendiri. Jika sobat eL ingin mendengar secara langsung pengalaman-pengalamannya, silahkan datang saja untuk mendengar kisahnya secara langsung dari sang nara sumber. Di lain kesempatan eL akan memposting kisah mistisnya satu persatu, di antaranya;
  • Bertemu dengan Ratu Pantai Laut Selatan, diajak berkeliling lautan dengan Kereta Kencana. Diperkenalkan nama-nama makhluk pemegang kekuasaan setiap pulau.
  • Bertemu dengan koloni kurcaci yang mitosnya telah hidup ribuan tahun.
  • Dikunjungi 7 malaikat yang mengelilinginya sambil meniupkan sesuatu kepadanya.
  • Diamuk Jin penguasa Kepulauan Seribu lantaran memetik buah kelapa yang mitosnya tidak boleh dipetik apalagi dimakan. Jika ada penduduk yang memetik bahkan memakannya, pasti akan mengalami sakit bahkan mengalami kematian. Hal itu ia lakukan lillahi ta'ala demi memberikan manfaat, bahwa tumbuhan itu jangan sampai mubazir, maka dipetiklah semua buah kelapa untuk dimakan oleh penduduk setempat. Kini, mitos tersebut hilang.
  • Bertemu dengan raja Jin penguasa sungai Slipi yang kini telah menjadi SekNeg. Akan dinikahkan dengan putrinya, diberi tongkat kekuasaan yang memiliki banyak kesaktian jika digunakan, namun ia tolak karena diberi syarat harus meninggalkan dua kalimat syahadat.
  • Setiap waktu tertentu, ia dapat berubah menjadi sosok seekor singa besar.
  • Sering mendapatkan mustika, barang bertuah. Namun tidak pernah ia pujakan. Malah ia berikan kepada siapa saja yang memintanya.
  • Dan banyak kisah lain yang tidak mungkin eL ceritakan secara lengkap di sini. Karena thread ini dikhususkan untuk tujuan mempertemukan kembali kerabat M. Taufik yang telah lama tidak dijumpainya.

Sungguh pelajaran hidup yang jarang, langka dan mungkin tidak pernah dialami oleh orang lain.

eL hanya berusaha membantu menguraikan misteri hidupnya yang diliputi dengan tanya-tanya yang belum terjawab. Hingga detik skenario hidup seorang M. Taufik ini ditulis, eL selalu berharap bahwa suatu hari akan ada salah seorang sobat eL yang mungkin secara takdir telah digariskan akan mamahami uraian ini lantaran ia termasuk dalam tokoh yang turut andil dalam kisah ini.

Karena hingga saat ini, seorang M. Taufik masih sangat merindukan saudara-saudaranya yang belum pernah ia temui lagi. Semoga saja, Allah memberikan jalan baik, melalui tulisan sederhana ini. Kini, M. Taufik telah memiliki 5 orang putra dan 6 orang cucu. Ia hidup bahagia dengan kesederhanaan yang dilandasi dengan rasa syukur.


Sebenarnya masih banyak kisah yang belum sempat eL uraikan. Hingga harapan terakhir eL, jika ada sanak-saudara, kerabat, teman, tetangga atau handai taulan yang mungkin mengenal seorang M. Taufik, kiranya dapat menghubungi eL. Tidak ada maksud lain, selain menyambung kembali tali silaturrahim yang telah puluhan tahun putus.

Semoga Allah memberikan M. Taufik kesehatan, umur panjang dan barokah, hingga dipertemukan kembali dengan teman, saudara dan keluarganya.


Tolong bantu share. Mudah2an kebaikan para sobat eL dengan membagikan kisah atau tautan ini dibalas Allah SWT dengan kebaikan yang tak ternilai. Amin.
Share this article now on :

+ Tanggapan + 2 Tanggapan

3/11/2015

Rumah tinggal M. Taufik:
Jl. Budi Swadaya 2 N0. 78 Rt. 002/04
Kb. Jeruk Jakarta Barat 11530

3/22/2015

Eyang ngkung semoga dipertemukan kembali yaa.

Video Terbaru

bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

Lokananta Sastra

Biang Gosip
Aku Ingin Pulang
Syairku adalah Tuhan
Aku Sih Seneng Aja!!!
Novelet Rindu
Kampanye Wayang Kulit